Pages

Kamis, 23 September 2010

aku akan tetap sayang


          Di sore hari aku memandangi hujan yang turun rintik-rintik hujan halaman, tanah, daun, dan pepohonan menjadi basah, udara dingin menusuk tulang, sengaja aku tak mengenakan baju hangat karna  aku sedang marah pada hujan yang membuatku tiadak bisa bermain dan harus terkurung di dalam kamar.
          Seharian saja tidak bisa bermain di luar, aku kesal dan marah-marah. Meskipun terkadang aku juga  bingung karna tak tahu harus bermain apa, pokoknya, aku tidak suka jika berada di dalam rumah yang selalu kusebut sebagai “rumah hantu”.
          Sebab, selalu sepi menurutku meskipun masih ada Bu Surti, Bibi Muna, dan pak winto, dan tukang kebun karna bagiku tak akan terasa ramai tanpa kedua orang tuaku, tapi itu tidak mungkin karna kedua orangku selalu sibuk dan jarang sekali ada di rumah.
          Keesokan harinya Bibi berkata kepadaku “ Maya, makan dulu”. Ajak Bibi muna. Tetapi aku hanya berdiam diri dam terus memandang hujan, akhirnya Bibi tahu kenapa aku terdiam dan tidak mau makan lalu Bibi meninggalkan.
          Suatu hari pulang dari sekolah aku lebih memilih jalan kaki, aku berjalan sambil melamun. Pandangan mataku tidak mengarah ke jalan, tiba-tiba, aku tersentak ketika seseorang berteriak karena tertabrak olehku, ternyata dia seorang penjual kue dan aku berkata kepada dia.
     “Maaf, saya benar-benar tidak sengaja” ujarku.
     “sudahlah tidak apa-apa, tapi kalau sedang berjalan lebih baik kamu jangan melamun” jawabnya Si penjual kue itu.   
     “baik saya tidak akan mengulanginya lagi.” Jawabku dengan rasa bersalah.
     “Oh iya, siapa nama kamu?” tanyaku kepada Si tukang penjual kue.
     “aku Yeyen” jawabnya. “sepertinya ayah dan ibumu orang kaya?” tanyanya dengan ragu
     “ya itu memang benar.” Jawabku
     “ tapi kenapa kamu berjalan kaki padahal kamu bisa minta jemput kepada kedua orang tuamukan?”tanya dengan rasa heran.
     “itu tidak mungkin karna kedua orang tuaku terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga dia lupa pada anaknya sendiri dan tak pernah menanyakan keadaanku, itu membuatku kesal kepada mereka.” Jawabku dengan rasa kesal
     “tapi kamu tidak boleh marah kepada orang tua karna mereka sudah merawatmu sejak kecil hingga sebesar ini dan membiayai sekolahmu, tidak seperti aku yang harus bekerja untuk bisa membiayai  keperluanku, sehingga aku tidak bisa bersekolah.” jawabnya dengan sedih.
     “kenapa harus begitu memang kedua orang tuamu tidak mau membiayai kehidupanmu?” tanyaku dengan bingung
     “bukan seperti itu, tapi kedua orang tuaku sudah meninggal.” Jawabnya sambil menangis
     “maaf aku tidak bermaksud membuat sedih.”
     “sudahlah aku tidak apa-apa.”jawabnya sambil mengusap air matanya
     Dan aku berkata “ Oh, ya kalau begitu datanglah kerumahku untuk belajar bersama.”
     “apa boleh?” tanyanya dengan rasa malu
     “ tentu saja tidak apa-apa.” Jawabku
     “baiklah aku akan datang kerumahmu nanti sore.Sampai ketemu nanti sore.” Kata yeyen
     “ya, sampai ketemu nanti sore.” Jawabku sambil meninggalnya
          Sekitar jam 03.00 WIB Yeyen tiba dirumahku, lalu tidak beberapa lama kemudian kami mulai sudah akrab dan bergurau. Lalu sedikit demi sedikt aku mulai menyadari bahwa kehidupanku lebih baik dari pada kehidupan Yeyen dan mulai saat itu aku berjanji pada diriku sendiri untuk tetap menyayangi kedua orang tuaku meskipun mereka lebih memilih pekerjaannya dari pada berdiam diri di rumah bersama anaknya, tapi aku percaya suatu saat mereka akan menyayangi lebih dari pada sekarang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar